KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
segala puji bagi Allah SWT yag telah
mencurahkan berbagai kenikmatan
kepada kita yang tidak terhitung jumlahnya, baik itu kenikmatan materi maupun
kenikmatan kesehatan yang selalu ia berikan
kepada kita. Atas berkat dan rahmat Allah SWT sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ILMU KALAM dengan materi “ ALIRAN SYI’AH : PENGERTIAN, LATAR BELAKANG, TOKOH-TOKOH, SEKTE-SEKTE
DAN POKOK PEMIKIRANNYA”. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu, yaitu bapak Suriadi
S.Pd.I M.Ag yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun bagi pembaca makalah ini,
sehingga menjadi lebih baik dan dapat dengan mudah untuk dipahami oleh pembaca
Sambas,
6 April 2015
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia
adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. jumlah penduduk
muslim yang banyak juga mengakibatkan banyakya aliran-aliran yang menjadi bagian dari negeri seribu pulau
ini.
Salah
satu aliran yang sering diperdebatkan kebenarannya adalah aliran syiah. Aliran
syiah mendapat banyak soroton kebenarannya di beberapa kalangan ulama sunni
indonesia. Mereka beranggapan bahwa ajaran syiah bertentangan dengan ajaran
yang rasulullah ajarkan.
Pada
perkembangannya, aliran ini semakin di sudutkan oleh pertentangan-pertentangan
yang datang silih berganti. Kebencian hingga berujung pembubaran dan pembakaran
rumah ibadah maupun lembaga dalam naungan syiah mengakibatkan pertanyaan khusus
bagi benak masyarakat muslim umum mengenai kebencian tersebut.
Pada
kesempatan pembahasan makalah kali ini kami akan membahas tentang pengertian,
latar nelakang, tokoh-tokohnya, sekte sektenya hingga pokok pokok pemikirannya.
Sehingga dalam pembahasan ini semoga dapat memberikan pemahaman singkat
mengenai syiah yang sbenarnya.
1. Apa
pengertian aliran syiah?
2. Bagaimana
latar belakang munculnya aliran syiah?
3. Siapa
saja tokoh-tokoh aliran syiah?
4. Apa
sekte-sekte dari ajaran syiah?
5. Bagaimana
pokok-pokok pemikiran aliran syiah?
Makalah
ini ditujukan sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa jurusan tarbiyah prodi pai IAIS
Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas dalam materi kuliah ilmu kalam semester dua.
Menurut bahasa Syi’ah berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum
muslim yang dalam spiritual dan keagamaanya selalu merujuk pada keturunan
Nabi Muhammad SAW, atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait.[1]
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut
seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu
perkara.Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan
bahwa Ali bin Abi Thalib sangat utama di antara para sahabat dan lebih berhak
untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucunya
sepeninggal beliau
Secara umum kemunculan aliran syiah bermula dari pergantian kepemimpinan
sepeninggaln rasulullah saw. ali bin abi tahlib meyakini bahwa dia adalah
penerus sebenarnya kepemimpinan rasulullah selanjutnya.
Sedangkan Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul pasda masa akhir
pemerintahan Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pewmerintahan
Ali bin Abi Thalib.[2] adapun menurut Watt,
syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan
Mu’awiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai
respon atas penerimaan Ali terhadap arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah.
Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua. Satu kelompok mendukung
sikap Ali (Syi’ah) dan kelompok mendak sikap Ali (Khawarij).
Untuk Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah
berkaitan dengan masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak
kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam
pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak mengantikan
Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan dengan
isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya.
Pada awal kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menyampaika dakwah
ke kerabatnya, yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan
bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya
akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad,
Ali merupakan orang yang
luar biasa besar. [3]
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah
merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah
“perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masa pemerintahan
Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin.
Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari
ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW.
Wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu
terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin
sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk
mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah kepada masyarakat.
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti
Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan
kejam dinasti ini terdapat ahl al-Bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang
dilakukan pengusaha bani Umayyah. Yazid bin Muawiyah, umpamanya, pernah
memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn Ziyad untuk memenggal kepala
Husein bin Ali di Karbala.
Diceritakan bahwa setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan
Yazid dan dengan tonkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi SAW. Yang pada waktu
kecilnya sering dicium Nabi.[13] Kekejaman seperti ini menyebabkan kebagian
kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab Syi’ah, atau paling tidak menaruh
simpati mendalam terhadap tragedy yang menimpa ahl al-bait.
perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al bait
dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga mengembangkan
doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi, mereka mempunyai lima
rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada kenabian), Nubuwwah (Percaya
kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya hidup diakhirat), imamah
(kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl
(keadaan ilahi).
1.
Abdullah
bin saba’
Abdullah bin saba’juga
dikenal dengan nama panggilan Ibnu Saudah merupakan seorang Rabbi Yahudi yang masuk Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan kemudian
menyulut pemberontakan terhadap khalifah waktu itu, serta kemudian diriwayatkan
oleh sebagian sejarawan muslim sebagai pendiriSyi'ah.
Dalam perkembangannya aliran syiah memiliki empat sekte besar yaitu
Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah dan Kaum Gulat.
1. Al-Kaisaniyah
1. Al-Kaisaniyah
Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa kepemimpinan
setelah Ali bin Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad bin Hanafiyah. Para ahli
berselisih pendapat mengenai pendiri Syiah Kaisaniyah ini, ada yang berkata ia
adalah Kaisan bekas budak Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga yang berkata bahwa
ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid yang memiliki nama lain Kaisan.
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini adalah, mengkafirkan khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa Jibril a.s mendatangi Almukhtar dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan Muhammad bin Hanafiyah.
Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini adalah, mengkafirkan khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa Jibril a.s mendatangi Almukhtar dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan Muhammad bin Hanafiyah.
Sekte Kaisaniyah ini terbagi menjadi beberapa kelompok, namun kesemuanya
kembali kepada dua paham yang berbeda yaitu: 1. Meyakini bahwa Muhammad
bin Hanafiyah masih hidup. 2. Meyakini bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah tiada,
dan jabatan kepemimpinan beralih kepada yang lainnya.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah al-Kaisaniyah anatara lain:
a.
Mereka
tidak percaya adanya roh Tuhan menetes ke dalam tubuh Ali ibn Abi Thalib,
seperti kepercayaan orang-orang Saba’iyah.
b.
Mereka
mempercayai kembalinya imam (raj’ah) setelah meninggalnya. Bahkan kebanyakan
pengikut al-Kaisaniyah percaya bahwa Muhammad Ibn Hanafiyah itu tidak
meninggal, tetapi masih hidup bertempat di gunung Radlwa.
c.
Mereka
menganggap bahwa Allah Swt. itu mengubah kehendak-Nya menurut perubahan
ilmu-Nya. Allah Swt. Memerintah sesuatu, kemudian memerintah pula kebalikannya.
d.
Mereka
mempercayai adanya reinkarnasi (tanasukh al-arwah).
e.
Mereka
mempercayai adanya roh.[4]
2. Az-Zaidiyah
Zaidiyah adalah sekte dalam Syi'ah yang
mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah
kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka tidak mengakui kepemimpinan Ali bin Husein
Zainal Abidin seperti yang diakui sekte imamiyah, karena menurut mereka Ali bin
Husein Zainal Abidin dianggap tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin. Dalam
Zaidiyah, seseorang dianggap sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria,
yakni: keturunan Fatimah binti Muhammad SAW, berpengetahuan luas
tentang agama, zahid (hidup hanya dengan beribadah), berjihad dihadapan Allah
SWT dengan mengangkat senjata dan berani.
Sekte Zaidiyah mengakui keabsahan khalifah atau
imamah Abu Bakar As-Sidiq dan Umar bin Khattab. Dalam hal ini, Ali bn Abi
Thalib dinilai lebih tinggi dari pada Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Oleh
karena itu sekte Zaidiyah ini dianggap sekte Syi'ah yang paling dekat dengan sunnah.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari
beberapa hal. Diantaranya:
a.
Meyakini
seseorang dari keturunan Fathimah (puteri Nabi) yang melancarkan pemberontakan
dalam membela kebenaran, dapat diakui sebagai imam, jika ia memiliki
pengetahuan keagamaan, berakhlak mulia, berani, dan murah hati. Selanjutnya
mereka mengatakan bahwa siapapun dari keturunan Ali bin Abi Thalib dapat
menjadi imam, bisa lebih dari seorang dan bahkan tidak ada sama sekali. Jabatan
imam dapat dikukuhkan berdasarkan kemampuan dalam memimpin dan dapat juga
berdasarkan latar belakang pendidikan.
b.
Ajaran
Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin, mengakui
kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa pemerintahannya, meskipun
Ali bin Abi thalib dinilainya sebagai sahabat yang paling mulia
c.
Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui
paham ishmah, yaitu keyakinan bahwa para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan
salah, lupa dan dosa. Mereka juga menolak paham rajaah (seorang imam akan
muncul sesudah bersembunyi atau mati), paham mahdiyah (seorang imam yang
bergelar al-Mahdi akan muncul untuk mengambangkan keadilan dan memusnahkan
kebatilan), dan paham taqiyah (sikap kehati-hatian dengan menyembunyikan
identitas di depan lawan).
d.
Dari segi
ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah mengikuti jalan
yang dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham rasionalis. Adapun dari segi
furu’ atau masalah hukum dan lembaga-lembaganya, mereka menerapkan fikih Hanafi
(salah satu mazhab fikih dari golongan Sunni). Karenanya, dalam hal nikah
mut’ah mereka mengharamkannya, meskipun pada awal Islam nikah itu pernah
dibolehkan namun telah dibatalkan. Dewasa ini, fikih Syi’ah Zaidiyah termasuk
fikih yang diajarkan di Universitas al-Azhar.
3. Al-Imamiyah
Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi
Muhammad SAW telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti dengan
penunjukan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui
keabsahan kepemimpinan Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Bagi mereka persoalan
imamah adalah salah suatu persoalan pokok dalam agama atau ushuludin.
Sekte imamah pecah menjadi beberapa golongan.
Golongan yang besar adalah golongan Isna' Asyariyah atau Syi'ah dua belas.
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya
Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah, terdiri dari beberapa hal. Diantaranya
a.
Ilmu
al-Faidh al-Ilahi, yang Allah melimpahkannya pada imam. Maka dengan itu
imam-imam, mempunyai kedudukan di atas manusia pada umumnya dan beilmu belebihi
manusia lainnya. Mereka secara khusus mempunyai ilmu yang tidak dimiliki orang
lain. Baginya mengetahui ilmu Syari’at melebihi apa yang diketahui.
b.
Sesungguhnya
iman itu tidak harus tampak dan di kenal masyarakat, tetapi boleh jadi samar
bersembunyi. Namun demikian tetap harus ditaati. Dialah al-Mahdi yang member
petunjuk kepada manusia, sekalipun dia tidak tampak pada beberapa waktu. Dia
tentu muncul, dan hari kiamat tidak akan dating sampai al-Mahdi itu muncul,
memenuhi bumi ini dengan keadilan, sebagaimana kejahatan dan kezaliman telah
merajalela.
c.
Sesungguhnya
imam itu tidak bertanggungjawab di hadapan siapa pun. Seorang pun tidak boleh
menyalahkannya, apa pun yang diperbuatnya. Masyarakat harus membenarkan bahwa
apa yang diperbuatnya adalah baik, tidak ada kejelekan sedikitpun. Sebab imam
mempunyai ilmu yang tidak dapat dicapai orang lain. Karena itulah mereka
menetapkan bahwa imam itu ma’shum.
4. Al-Ghaliyah
Istilah ghulat berasal dari kata
ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya bertambah dan naik. Ghala bi ad-din yang
artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas. Syi’ah ghulat
adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan atau
ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syi’ah ekstrem (ghulat) adalah
kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkat
pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad.
Gelar ektrem (ghuluw) yang diberikan kepada
kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya yang janggal, yakni ada beberapa
orang yang secara khusus dianggap Tuhan dan ada juga beberapa orang yang
dianggap sebagai Rasul setelah Nabi Muhammad. Selain itu mereka juga
mengembangkan doktrin-doktrin ekstrem lainnya tanasukh, hulul, tasbih dan
ibaha.
Sekte-sekte yang terkenal di dalam Syi’ah Ghulat
ini adalah Sabahiyah, Kamaliyah, Albaiyah, Mughriyah, Mansuriyah, Khattabiyah,
Kayaliyah, Hisamiyah, Nu’miyah, Yunusiyah dan Nasyisiyahwa Ishaqiyah. Nama-nama
sekte tersebut menggunakan nama tokoh yang membawa atau memimpinnya.
Sekte-sekte ini awalnya hanya ada satu, yakni faham yang dibawa oleh Abdullah
Bin Saba’ yang mengajarkan bahwa Ali adalah Tuhan. Kemudian karena perbedaan
prinsip dan ajaran, Syi’ah ghulat terpecah menjadi beberapa sekte. Meskipun
demikian seluruh sekte ini pada prinsipnya menyepakati tentang hulul dan
tanasukh. Faham ini dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno yang ada di
Irak seperti Zoroaster, Yahudi, Manikam dan Mazdakisme.
Adapun doktrin Ghulat menurut Syahrastani ada
enam yang membuat mereka ektrem yaitu:
a.
Tanasukh yang merupakan keluarrnya roh dari
satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari
falsafah Hindu. Penganut agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara
berpindah ke tubuh hewan yang lebih rendah dan diberi pahala dengan cara
berpindah dari satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih tinggi. Syi’ah Ghulat
menerapkan faham ini dalam konsep imamahnya, sehingga ada yang menyatakan
seperti Abdullah Bin Muawiyah Bin Abdullah Bin Ja’far bahwa roh Allah berpindah
kepada Adam seterusnya kepada imam-imam secara turun-temurun.
b.
Bada’ yang
merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya sejalan dengan perubahan
ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga sebaliknya. Syahrastani menjelaskan
lebih lanjut bahwa bada’ dalam pandangan Syi’ah Ghulat memiliki bebrapa
arti. Bila berkaitan dengan ilmu, maka artinya menampakkan sesuatu yang
bertentangan dengan yang diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak maka
artinya memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum
yang diterapkanNya. Bila berkaitan dengan perintah maka artinya
yaitumemerintahkan hal lain yang bertentangan dengan perintah yang sebelumnya.
Faham ini dipilih oleh Mukhtar ketika mendakwakan dirinya dengan mengetahui
hal-hal yang akan terjadi, baik melalui wahyu yang diturunkan kepadanya atau
melalui surat dari imam. Jika ia menjanjikan kepada pengikutnya akan terjadi
sesuatu, lalu hal itu benar-benar terjadi seperti yang diucapkan, maka itu
dijustifikasikan sebagai bukti kebenaran ucapannya. Namun jika terjadi
sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan menghendaki bada’
c.
Raj’ah yang
masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat mempercayai bahwa Imam
Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi. Faham raj’ah dan mahdiyah ini merupakan
ajaran seluruh sekte dalam Syi’ah. Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa
yang akan kembali. Sebagian mengatakan bahwa yang akan kembali itu adalah Ali
dan sebagian lagi megatakan bahwa yang akan kembali adalah Ja’far As-Shaddiq,
Muhammad bin Al-Hanafiyah bahkan ada yang mengatakan Mukhtar ats-Tsaqafi.
d.
Tasbih
artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat menyerupakan salah
seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan Tuhan dengan makhluk. Tasbih
ini diambil dari faham hululiyah dan tanasukh dengan khaliq.
e.
Hulul
artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa dan ada
pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah ghulat berarti Tuhan menjelma
dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
f.
Ghayba yang
artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syi’ah bahwa
Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata biasa.
Konssep ghayba pertama kali diperkenalkan oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun
66 H/686 M di Kufa ketika mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam
BAB III
PENUTUP
Menurut bahasa syiah berarti
pengikut, pendukung, partai atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah
sebagian kaum muslim yang dalam spiritual dan keagamaanya selalu merujuk
pada keturunan Nabi Muhammad SAW, atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait.
Dalam
perjalanan munculnya aliran syiah bermula dari pengangkatan khalifah pertama
dimasa abu bakar. Dimana pendukung ali bin abi thalib yang merupakan awal dari
aliran syah tidak menyetujui naiknya abu bakar sebagai khalifah, karena mereka
percaya bahwa yang pantas untuk menjadi khalifah adalah ali itu sendiri.
Pokok-pokok kaum aliran syiah dibagi
menjadi 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya
diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
Dalam perkembangannya syiah dibagi
menjadi empat sekte yaitu, sekte al-kaisaniah, az-zaidiah, al-imamiah, dan al-ghaliyah.
Dimana ke empat sekte tersebut memiliki doktrin dan pokok-pokok ajaran yang
masing-masing berbeda.
Semoga dengan makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami aliran syiah itu sendiri.
dalam penulisan makalah ini kami sebagai manusia menyadari, masih banyak
kesalahan dan kekeurangan baik dari segi penulisan maupun tata bahasa. Oleh
karena itu kritik dan saran membangun dari pembaca sangat kami butuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
M.Jafri S Husain, Islam Syi’ah, Pustaka Hidayah, Jakarta,
1989
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu
Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003
Sahilun
A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam)
Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Rajagrafindo Persada, jakarta, 2010
[1] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu
Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003. Hal 89
[2] Ibid hal 90
[3] Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu
Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003. Hal
9
[4] Sahilun A. Nasir, Pemikiran
Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, Rajagrafindo
Persada, jakarta, 2010, hal. 82
Cara Bermain Judi Togel Online SGP Terpercaya
ReplyDeleteTerimakasih sangat membantu��
ReplyDeletesemoga Allah memberikan HidayahNya kepada kita semua.
ReplyDelete